Rabu malam Kamis, 20 Juni 2018 YPI ITB telah sukses menyelenggarakan pengajian umum bersama Bapak KH Mujazi Abdillah.

Pengajian umum yang diselenggarakan di depan halaman masjid Baitun Nur ini merupakan rangkaian acara Haflah akhirus sanah Yayasan Pendidikan Islam ITB tahun pelajaran 2017/2018 atau 1438/1439 H.

“Kita adalah manusia,” demikian salah satu pesan yang bisa kami tangkap dari mauidhoh hasanah Bapak KH Mujazi Abdillah. Pengasuh ponpes Nurul Musthofa Pasir ini mengingatkan bahwa anak, isteri dan murid-murid kita adalah manusia. Manusia bukanlah malaikat yang tidak pernah salah.

Lebih lanjut, penasehat khusus YPI Irsyaduth Thullab ini mengingatkan bahwa kita harus memaafkan anak, isteri dan murid kita sebelum mengajaknya berbuat baik. Maafkan dulu kenakalannya, baru dinasehati.

Pengajian umum yang dilaksanakan ba’dal Isyak ini juga dalam rangka Haul Mbah KH Abdur Rohim, pendiri madrasah Irsyaduth Thullab Tedunan, Wedung, Demak.

Mbah Yai Mujazi juga berpesan agar kita berterima kasih kepada mbah Him yang telah mendidik masyarakat Tedunan, mewariskan madrasah dan yayasan yang demikian besar. Orang Tedunan ada yang bisa jadi kyai, guru sertifikasi, guru yang menerima honor dan lain sebagainya. Acara haul semacam ini belumlah cukup sebagai balas budi kita.

Kita seharusnya mau ikut menyumbang sekian juta untuk acara haul mbah Him atau secara diam-diam siap menanggung konsumsi atau sejenisnya.

Mbah Yai Mujazi juga berpesan bahwa kita harus waspada dengan mereka yang ‘berjenggot sedikit’, ‘bercelana cingkrang’, sok ahli hadis dan membid’ahkan acara haul.

Ada banyak dasar dan kitab rujukan yang membuktikan bahwa ahli kubur dapat menolong orang-orang yang masih hidup. Kendaraan ahli kubur adalah burung hijau. Kecepatan burung dengan ruang khusus di dalam tubuh yang pas dan nyaman untuk ahli kubur ini lebih cepat dari jet. Ahli kubur tidak akan merasa repot untuk bepergian kemana saja yang diinginkan.

Mbah Him juga masih sering berkeliling, ‘mengawasi’ desa Tedunan. Walau melihat banyak masyarakat Tedunan yang belum ‘jejeg’, mbah Him tetap mendoakan.

Semoga pada bulan Syawal ini kita kembali bersih, kembali menjadi manusia.

Manusia bukanlah setan yang selalu maksiat, bukan binatang ternak yang hanya ingin makan, makan, dan makan melulu.

Manusia bukanlah binatang buas yang suka menyakiti dan memangsa orang lain.

Kita adalah manusia. Isteri, anak-anak dan murid-murid kita juga manusia.


Pena Remaja Digital juga dapat dibaca melalui channel Telegram Pena Remaja